Thursday, March 4, 2010

Suramadu Dibuka, Penjualan Batik Madura Meningkat

Senin, 8 Februari 2010 | 09:25 WIB
Kompas/Lucky Pransiska
Ilustrasi

PAMEKASAN, KOMPAS.com — Penjualan batik madura melonjak pesat setelah Jembatan Suramadu beroperasi. Peningkatan juga dipengaruhi kesadaran warga menggunakan batik untuk keperluan sehari-hari.

Omzet saya bisa naik dua sampai tiga kali lipat, tetapi paling ramai Jumat, Sabtu, dan Minggu.

Peningkatan omzet dirasakan Supik, pemilik Toko Batik Tresna Art Bangkalan, dan pedagang di Pasar Batik Tujuh Belas Agustus, Pamekasan, akhir pekan ini.

Menurut Supik yang membuka gerai batik dan oleh-oleh khas Madura, Sabtu (6/2/2010), omzetnya mulai meningkat setelah pengakuan batik sebagai warisan budaya Nusantara pada 2 Oktober 2009. Penjualan semakin baik ketika Jembatan Suramadu dioperasikan.

”Omzet saya bisa naik dua sampai tiga kali lipat, tetapi paling ramai Jumat, Sabtu, dan Minggu. Pada akhir pekan, saya bisa menjual 500 potong kain,” ujar Supik, yang hari Sabtu menerima konsumen asal Padang.

Pedagang batik di Pasar Tujuh Belas Agustus, Fatimah Tuzzahro (40), Minggu kemarin, mengatakan, penjualan batik meningkat setelah ada Jembatan Suramadu. Minggu kemarin dia membawa 700 potong kain batik tulis dan cap yang dijual Rp 30.000 sampai Rp 250.000. Stok sebanyak itu biasanya terjual separuhnya.

Meski berjualan di pasar tradisional, rata-rata omzet penjualan para pedagang batik tradisional di Pasar Tujuh Belas Agustus mencapai jutaan rupiah per hari. Miskiyah (40) beserta Kosni (60) mengungkapkan, setiap hari rata-rata omzet penjualan batiknya Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.

Muhammad Hasan (30), salah seorang pembeli batik madura asal Surabaya, setiap Kamis dan Minggu selalu menyempatkan diri membeli batik ke pasar batik tradisional Tujuh Belas Agustus dan menjualnya kembali ke Surabaya. ”Batik madura memiliki kekhasan, antara lain pewarnaan yang tajam, sebagian besar berupa batik tulis, dan modelnya variatif,” katanya.

Antusiasme masyarakat

Salah seorang konsumen dari Sumenep, Yoyok Mustajab (40), mengatakan, antusiasme warga menggunakan batik meningkat setelah ada pengakuan batik dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Dia biasanya membeli batik untuk dikirim ke Surabaya dan Jakarta.

Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, memfasilitasi lokasi penjualan batik di Pasar Batik Jokotole. Kios disiapkan belasan, dengan harga sewa Rp 35 juta untuk 20 tahun.

Wakil Bupati Pamekasan Kadarisman Sastrodiwirdjo mengatakan, pemkab sedang membuka pasar batik Pamekasan ke luar daerah, seperti Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Targetnya, kerajinan batik yang masih menjadi mata pencarian sampingan bisa menjadi mata pencarian pokok bagi masyarakat.

Dari sisi pendapatan asli daerah (PAD) Pamekasan, tahun ini ditargetkan Rp 38 miliar. Diharapkan kerajinan tradisional batik madura mampu mendongkrak PAD. (HRD/INA/ABK)

No comments:

Post a Comment


My Ping in TotalPing.com
Get paid To Promote at any Location