Monday, March 1, 2010

Batik Pesisir, Simbol Pluralisme Budaya Indonesia

Rabu, 24 Februari 2010 | 18:46 WIB
LEO SUNU
Iwan Tirta (tengah) memamerkan berbagai koleksi batik tradisional yang mendapat pengaruh sentuhan budaya asing, Rabu (24/2/2010), di Galeri Iwan Tirta, Plaza Indonesia, Jakarta.

JAKARTA, KOMPAS.com - Kain batik sebagai salah satu kekayaan budaya nasional rupanya tidak hanya didominasi etnis lokal Indonesia. Batik dengan segala perkembangan budaya lokanya telah berakulturasi dengan berbagai budaya luar yang masuk ke Indonesia.

Iwan Tirta, salah seorang desainer dengan tradisi batik yang kuat memamerkan berbagai koleksi batiknya yang mendapat pengaruh dari berbagai suku bangsa asing di Indonesia, dalam pagelaran di Galeri Iwan Tirta, Rabu (24/2/10) di Plaza Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta.

Iwan menjelaskan terjadinya perpaduan ragam motif dan warna batik dari berbagai suku bangsa ini terjadi sejak lampau di wilayah pesisir pulau Jawa.

"Perkembangan batik itu juga mendapat pengaruh dari budaya luar. Semisal batik dengan pengaruh budaya China, itu terjadi karena dulu banyak saudagar China yang datang ke Indonesia. Masuk melalui wilayah pesisir dan memberi pengaruh pada batik tradisional," kata Iwan Tirta.

Tak hanya dari China, kata Iwan, pengaruh terhadap batik juga datang dari etnis bangsa lain seperti budaya Arab, pengaruh kultur Hindu dari India, hingga sentuhan kelas Eropa asal Belanda.

"Semuanya masuk melalui wilayah pesisir. Maka di wilayah pesisir inilah seperti Cirebon, Lasem, Tegal, Semarang, Sidoarjo, hingga Madura banyak batik mendapat pengaruh dari luar terutama pada warna dan motifnya," kata pria berdarah Minang ini.

Ia mencontohkan, batik dengan pengaruh China umumnya terlihat dari motif-motifnya yang menonjolkan karakter-karakter tertentu seperti naga, burung phoenix, dan kupu-kupu.

"Salah satu yang populer itu motif phoenix, karena burung phoenix dipercaya sebagai simbol keabadian," terangnya.

Hal senada juga terjadi pada batik dengan pengaruh budaya Arab, India, dan Eropa. Iwan juga memamerkan batik dengan ciri khas budaya Arab, yakni kain batik dengan elemen kaligrafi dalam motifnya. Sementara batik dengan sentuhan Eropa umumnnya banyak menonjolkan motif bunga-bunga.

Sentuhan berbagai budaya dalam kain batik nusantara ini, kata desainer kelahiran 1935 ini, merupakan sebuah pengaruh positif terhadap perkembangan batik di Indonesia. Perpaduan budaya ini menjadi bukti bahwa pluralisme sudah lama terbentuk di nusantara sejak masa lampau.

"Kalau saya katakan, kita tidak perlu menunggu sampai Gus Dur lahir, pluralisme itu sudah ada di Indonesia sejak dulu," paparnya.

Pengaruh budaya luar ini, ungkap Iwan, tidak merusak karakter batik tradisional Indonesia. Ia mengatakan orang sering salah pengertian bahwa batik dengan pengaruh budaya luar bukanlah batik Indonesia.

"Jadi orang sering salah mengerti. Batik dengan pengaruh budaya lain itu tetap batik tradisional. Orang luar itu hanya minta dibuatkan batik dengan sentuhan selera mereka. Yang membatik ya tetap orang Jawa," ungkapnya.

No comments:

Post a Comment


My Ping in TotalPing.com
Get paid To Promote at any Location