Monday, March 15, 2010

Lenggak-lenggok Lurik


 Ragam corak kain lurik di pasar Beringharjo Jogjakarta

Kain tenun telah lama mewarnai perkembangan industri tekstil Indonesia. Proses perpaduan benang lungsi dan benang pakan menghasilkan kain dengan tekstur yang khas dan berbeda dari kain kebanyakan. Salah satu jenis tenun yang cukup terkenal adalah kain lurik, yang dibuat dengan hiasan atau lajur garis membujur.

Menurut buku Kain terbitan Dian Rakyat, jenis kain berbahan dasar benang katun ini pada awalnya hanya terdiri dari dua warna yaitu hitam dan putih yang dituangkan dalam corak garis-garis atau kotak-kotak. Perbedaannya terletak pada komposisi warna dan jumlah garis yang masing-masing memiliki nama tertentu, antara lain:

-       Kain pankung yang mempunyai ciri khas corak garis melintang di ujung lurik polos.
-       Kain pulowatu untuk kain dengan hiasan garis-garis berwarna hitam putih atau hijau dan putih.
-       Kain pribul terdiri dari kombinasi dua atau tiga buah garis.
-       Kain nanmaya  yang memiliki garis yang bergradasi dari satu warna yang sama.
-       Kain bendo yang sering digunakan sebagai stagen dan biasanya berwarna hitam, merah tua dan hijau tua.

Bukan hanya nama yang berbeda, tapi kain-kain tersebut memiliki makna tertentu. Misalnya warna hijau dan putih bila disatukan merepresentasikan kesakralan. Karena hijau kerap diidentikkan dengan warna kesukaan Nyai Roro Kidul, ratu pantai selatan, maka kain lurik jenis ini juga digunakan pada saat upacara di pantai Parangtritis Jogja. Garis yang membujur pada jenis kain ini melambangkan kekuatan dan semangat menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan. Adanya arti khusus di balik susunan garis dan warna tersebut juga diamini salah satu penjual lurik yang saya temui di pasar Beringharjo Jogja. Menurutnya, beberapa corak lurik konon diyakini mempunyai daya magis dan dapat menyembuhkan penyakit.

Keistimewaan lurik tidak semata pada komposisi warna dan garisnya, tapi juga penggunaannya pada upacara tradisional. Misalnya motif lasem digunakan sebagai pesing atau kain pemberian dari calon pengantin kepada nenek. Corak telupat yang terdiri dari 3 garis dan 4 garis berselang – seling, dipakai ketika menghadap Raja. Sedangkan kain lurik corak gedog madu digunakan pada ucapara tujuh bulanan dan siraman.

Penggunaan kain tenun buatan tangan ini tidak terbatas sebagai pelengkap dalam upacara tradisional. Lurik juga digunakan sebagai material kemben, surjan, ataupun beskap. Bahkan eksplorasi kain ini meluas hingga menjadi bagian dari interior bergaya minimalis yang saat ini sedang populer, contohnya sarung bantal dan taplak meja.

Sentra pengembangan kain lurik kebanyakan berada di Jogjakarta. Pengrajin menggunakan benang katun yang telah dicelup atau benang kapas lokal yang dipintal manual untuk lurik tekstur khusus. Inilah kelebihan kain lurik dari kain batik. Ia tidak bisa bisa dibuat dengan teknik cetak atau printing karena akan menghilangkan spirit tekstur kain yang menjadi ciri khasnya.

Salah satu corak kain lurik
(posted by Jeng Lili)

No comments:

Post a Comment


My Ping in TotalPing.com
Get paid To Promote at any Location