CIREBON, KOMPAS.com - Kalangan perajin batik Cirebon menyatakan dukungannya atas upaya pelestarian seni batik daerah itu dengan menerapkan pelajaran ekstrakulikuler membatik kepada siswa SD di kabupaten setempat.
"Kami sangat mendukung sekaligus bergembira, karena seni membatik masyarakat Cirebon tetap akan lestari," kata Masnedi Masina, Sekretaris Koperasi Batik Trusmi Cirebon yang juga pengusahan batik ini, Jumat (28/8). "Bahkan kami siap melayani sekolah apabila diperlukan," tambahnya.
Hanya saja, menurut dia, proses membatik diperlukan banyak bahan, terutama lilin. Satu helai kain, kata dia, biasanya menghabiskan lilin antara 2-3 kilogram. Harga lilin saat ini Rp15.000 per kilogram, yang merupakan kombinasi dari bahan yang dibeli dari pertamina, "gundorukem" atau getah pohon pinus, serta lilin bekas yang didaur ulang.
"Bahan-bahan tersebut perlu disediakan oleh sekolah yang mendapat pelatihan," katanya.
Terkait upaya tersebut, lanjut Mesnedi, Bupati Cirebon Dedi Supardi baru-baru ini menerima penghargaan dari Mendiknas Bambang Soedibyo. Penghargaan diberikan atas kebijakan gubernur menerapkan seni batik sebagai salah satu pelajaran ekstrakulikuler di SD.
No comments:
Post a Comment