Sunday, May 30, 2010
Traditional dances Bedhaya Ketawang
Didala istana sultan jawa (keraton jogjakarta dan kraton solo) secara periodik diadaka sebuah tarian sakral yang bernama tarian bedoyo ketawang atau di sebut juga tarian langit, yaitu suatu upacara yang berupa tarian dengan tujuan pemujaan dan persembahan kepadaSang Pencipta Allah SWT
Pada awal mulanya tari Bedhaya Ketawang di Keraton Surakarta Cuma diperagakan oleh tujuh wanita saja. Namun dalam perkembangan selanjutnya, karena tari ini dianggap sebuah tarian khusus dan dipercaya sebagai tari yang amat sakral kemudian diperagakan oleh sembilan orang penari.
dari kesembilan penari tersebut 8 penari diperankan oleh putri-putri yang masih ada hubungan darah dan kekerabatan dari keraton dan seorang penari gaib yag dipercaya sebagai sosok Nyai Roro Kidul
Berbeda dengan tarian lainnya, Bedhaya Ketawang ini semula khusus diperagakan oleh abdi dalem Bedhaya Keraton Surakarta. Iramanya pun terdengar lebih luruh (halus) dibanding dengan tari lainnya semisal Srimpi, dan dalam penyajiannya tanpa disertai keplok-alok (tepuk tangan dan perkataan).
Dikatakan tari Bedhaya karena tari ini menyesuaikan dengan gendingnya, seperti Bedhaya Gending Ketawang Ageng (Karya Penembahan Senapati) Bedhaya Gending Tejanata dan Sinom (karya PB IX) Bedhaya Pangkur (karya PB VIII), Miyanggong (karya PB IV), Duradasih (karya PB V), dan lainnya.
Tentang siapa pencipta tari Bedhaya Ketawang itu sendiri sampai sekarang memang masih rancu.
Bedoyo Ketawang misalnya menurut Sinuhun Paku Buwono X menggambarkan lambang cinta birahi Kanjeng Ratu Kidul pada Panembahan Senopati, segala gerak melambangkan bujuk rayu dan cumbu birahi, walaupun dapat dielakkan Sinuhun, Kanjeng Ratu Kidul tetap memohon agar Sinuhun ikut bersamanya menetap di dasar samodera dan bersinggasana di Sakadhomas Bale Kencana ( Singgasana yang dititipkan oleh Prabu Rama Wijaya di dasar lautan) dan terjadilah Perjanjian/Sumpah Sakral antara Kanjeng Ratu Kidul dan Raja Pertama tanah Jawa, yang tidak dapat dilanggar oleh Raja-Raja Jawa yang Turun Temurun atau Raja-Raja Penerus.
Satu sumber menyebutkan bahwa tari ini diciptakan oleh Penembahan Sanapati-Raja Mataram pertama-sewaktu bersemadi di Pantai Selatan. Ceritanya, dalam semadinya Penembahan Senapati bertemu dengan Kanjeng Ratu Kencanasari (Ratu Kidul) yang sedang menari. Selanjutnya, penguasa laut Selatan ini mengajarkannya pada penguasa Mataram ini.
Sumber lainnya menyebutkan bahwa tari Bedhaya Ketawang ini diciptakan oleh Sultan Agung Anyakrakusuma (cucu Panembahan Senapati). Menurut Kitab Wedhapradangga yang dianggap pencipta tarian ini adalah Sultan Agung (1613-1645), raja terbesar dari kerajaan Mataram bersama Kanjeng Ratu Kencanasari, penguasa laut Selatan. Ceritanya, ketika Sultan Agung sedang bersemadi, tiba-tiba mendengar alunan sebuah gending. Kemudian Sultan Agung berinisatif menciptakan gerakan-gerakan tari yang disesuaikan dengan alunan gending yang pernah didengar dalam alam semadinya itu. Akhirnya, gerakan-gerakan tari itu bisa dihasilkan dengan sempurna dan kemudian dinamakan tari Bedhaya Ketawang.
sebelum dilaksanakan tarian ini ada beberapa laku atau aturan atu yang disebut juga upacara ritus yang harus dipenuhi oleh kreton dan para penari tersebut yaitu:
Untuk Keraton harus melakukan upacara atau ritus Labuhan atau Larungan (persembahan korban) yang berupa sesaji di 4 titik ujung/titik mata angin disekitar keraton. Disini keraton diibaratkan sebagai pusat dari Kosmis dari dunia dan keempat titik penjuru melambangkan alam semesta,letak geografis dan mitologis keempat titik tersebut adalah:
1. Di Bagian Utara terdapat Gunung Merapi dengan penguasa Kanjeng ratu Sekar
2. Di Daerah Selatan terdapat Segoro Kidul atau laut kidul dengan penguasa Nyi Rara Kidul
3. Bagian Barat terdapat Tawang Sari kahyangan ndlpih dengan penguasa Sang Hyang Pramori (Durga di hutan Krendowahono)
4. Dibagian Timur terdapat Taawang Mangu dengan Argodalem Tirtomoyo sebagai penguasa dan Gunung Lawu dengan Kyai Sunan lawu sebagai penguasanya.
selain itu putri-putri yang ikut menari diwajibkan masih Perawan dan menjalankan pusa tertentu sebelum melakukan tarian.
Pada malam hari anggara kasih yaitu ke 9 penari termasuk nyai rara kidul yang diyakini memasuki sitihinggil dengan arah Pradaksina disekitar sultan/raja,mereka itu perlambang cakrawala dan membuat formasi nawagraha, perbintangan kartika : 2 + 5 + 2. atas irama gamelan para penari melambangkan peredaran tata tertip kosmis azali yang teratur : kemudian bagaimana tata tertip tersebut menjadi kacau dan kemudian dipuluhkan lagi. Tembang yang dinyanyikan melambangkan Re-integrasi tata dunia dalam tata asli transendia dan lama tarian yang dimainkan sekitar 5,5 jam kadang sampai jam 01:00 malam. Hadirin yang terpilih untuk melihat atau menyaksikan tarian ini harus dalam keadaan khusuk,semedi,hening dan heneng dalam artian hadirin selama tarian berlangsung tidak boleh berbicara, makan dan hanya boleh diam dan menyaksikan gerakan demi gerakan sang penari.
Tarian Bedhoyo Ketawang besar hanya di lakukan setiap 8 tahun sekali atau sewindu sekali sedangkan tarian bedhaya ketawang kecil dilakukan pada saat Penobatan raja atau sultan, pernikahan salah satu anggota keraton yang ditambah simbol-simbol yang sesuai dengan maksud dan tujuan Bedhaya ketawang di lakukan.
sumber : Agama dan Kerohanian asli Indonesia (R. Subagyo)
English:In Javanese sultan's palace (palace and palace jogjakarta solo) periodically diadaka a sacred dance called bedoyo ketawang dance or dance is also called heaven, that is a ritual dance form of worship and offerings with the aim of the Creator Allah SWT kepadaSang
At the early beginning of dance at the Keraton Surakarta Bedhaya Ketawang Only seven women exhibited by all. But in a further development, because this dance is considered a special dance and trusted as a very sacred dance and then was exhibited by nine dancers.
eight of the nine dancers dancer played by the daughters who still have blood relationship and kinship of the palace and a mysterious dancer yag trusted as a figure of Nyai Roro Kidul
Unlike other dances, this Ketawang Bedhaya special originally exhibited by the servants in the palace Bedhaya Kraton Surakarta. The rhythm also sounds more entire (smooth) compared with other dances such as Srimpi, and in the presentation without keplok-Alok (applause and words).
Told Bedhaya dance because this dance with gendingnya customize, such as Bedhaya Gending Ketawang Ageng (Works Penembahan Senapati) Bedhaya Gending Tejanata and sinom (PB works IX) Bedhaya pickaxe (PB's work VIII), Miyanggong (PB works IV), Duradasih (PB V works ), and others.
About who the creator of dance Bedhaya Ketawang itself until now is still ambiguous.
Bedoyo Ketawang eg according Sinuhun Pakubowono X describes the symbol of love lust Kanjeng Queen of South at Panembahan Senopati, all motion symbolizes the gentle persuasion and flattery lust, although it could be circumvented Sinuhun, South Queen still begged to go with him Sinuhun samodera and settled at the bottom of the Sakadhomas bersinggasana Bale Kencana (Throne is entrusted by King Rama Wijaya on the ocean floor) and there was agreement / Sacred Oath between Queen and King of the First South's land of Java, which can not be infringed by Javanese Kings hereditary or Successors Kings.
One source mentions that the dance was created by the King of Mataram Penembahan Sanapati-first-while meditating on the South Coast. The story, in semadinya Penembahan Senapati met Kencanasari Queen (Queen of South), which is being danced. Furthermore, the ruler of the South Sea was taught on this Mataram rulers.
Other sources mention that Bedhaya Ketawang dance was created by Sultan Agung Anyakrakusuma (grandson Panembahan Senapati). According to the Book Wedhapradangga which is considered the creator of this dance is the Sultan Agung (1613-1645), the greatest king of the Mataram kingdom with Kencanasari Queen, ruler of the South Sea. The story, when the Sultan Agung was meditating, suddenly heard the strains of a gending. Later the Sultan Agung berinisatif create dance movements are adjusted with the sound gending've ever heard in nature semadinya it. Finally, the dance movements that can be produced to perfection and then called Bedhaya Ketawang dance.
prior to implementation of this dance there is some behavior or rule or in a ceremony called the rite that must be met by kreton and the dancers are as follows:
To the Palace must do Labuhan ceremony or rite or Larungan (sacrifice) in the form of offerings in the four point edge / compass points around the palace. Here palace described as the center of the Cosmic from around the world and symbolizes the four points of the universe, geographic and mythological four points are:
1. In the North there is the ruler of Mount Merapi with queen Kanjeng Sekar
2. In the Southern Region have the sea south Segoro Kidul or Nyi Rara Kidul with a ruler
3. Western part there is Tawang Sari celestial rulers ndlpih with Sang Hyang Pramori (Durga in the woods Krendowahono)
4. East section there are Taawang Mangu with Argodalem Tirtomoyo as ruler and Sunan Gunung Lawu with Kyai Lawu as a ruler.
besides daughters who are required to dance still a certain momentum, Virgin and running before doing the dance.
At night, the love of statutes to nine dancers, including a housekeeper who is believed to enter the south rara sitihinggil Pradaksina direction around the sultan / king, they were a symbol of the horizon and make the formation nawagraha, film star astrology: 2 + 5 + 2. the rhythm of the gamelan dancers symbolize the cosmic circulation of grammar tertip Azali regular: then how good tertip became chaotic and then dipuluhkan again. Songs are sung symbolizes Re-integration of the world in corporate governance and long transendia original dance that is played about 5.5 hours a night sometimes till 01:00 hours. Attendees are selected for seeing or witnessing this dance should be in a state of deep, meditation, silence and heneng in terms of audience during the dance took place may not speak, eat and just be still and watch the movement for movement of the dancer.
Ketawang Bedhoyo big dance is done only once every eight years or eight years, while very small ketawang bedhaya dances performed at the time of the king or the sultan's coronation, marriage palace which one member plus symbols in accordance with the purposes and objectives in doing Bedhaya ketawang.
Source: Religion and Spirituality native to Indonesia (R. Subagyo)
Saturday, May 29, 2010
Thursday, May 27, 2010
Riangnya Batik Priangan
Dan seperti cerminan masyarakat Sunda pada umumnya, yang berwatak riang, dan terbuka terhadap unsur-unsur asing. Batik Priangan sendiri terinspirasi dari budaya luar yang tentunya dikombinasikan dengan budaya lokal. Inspirasi tersebut berasal dari budaya asing seperti Cina dan Eropa pada penggunaan motif kipas, paying dan kartu remi. Juga inspirasi dari Batik Yogjakarta, terlihat dari kesamaan mirip pada motif parang yang pada Batik Priangan disebut motif Rereng atau Isuk.
Secara umum tidak ada pembatasan pemakaian kain Batik Priangan ini pada kalangan tertentu seperti pada Batik Jogjakarta dan Solo, hal ini karena motif yang digambar tidak memuat unsur doa dan juga tidak ada makna tertentu secara filosofis. Jika ada kalangan tertentu yang menggunakan motif yang jarang ditemui maka biasanya motif tersebut dipesan khusus langsung kepada pembatik. Dalam hal penggunaan, Batik Priangan hanya dipakai untuk busana tidak untuk upacara atau perayaan agama tertentu.
Penggunaan motif yang bersifat naturalis disebabkan oleh profesi sebagian besar masyarakat Sunda yang agraris. Motif-motif tersebut berupa ekspresi dari kesuburan dan keelokkan tanah Sunda, dan juga kegembiraan para petani dalam menyambut panen raya. Tetapi karena profesi masyarakatnya juga, Batik Priangan kalah pamor dengan Batik Jawa Tengah seperti Jogjakarta dan Solo, karena begitu memasuki masa panen, masyarakat berhenti mengerjakan Batik, membatik hanya dijadikan pekerjaan sampingan. Namun seiring dengan naiknya kembali pamor kain tradisional, Batik Priangan kembali merebut hati masyarakat Indonesia dengan keindahan warnanya.
Batik Garut
Batik daerah ini mempunyai kekhasan pada warna gumading (krem), biru tua, merah tua, hijau tua, coklat kekuningan (warna sogan) ,dan ungu tua. Warna merah darah, merah muda, biru muda mendapat pengaruh dari luar. Dan sebagian warna latar Batik Garut adalah warna gumading. Motif-motif yang digunakan juga berasal dari flora dan fauna. Dan tak lupa juga beberapa motif terinspirasi dari budaya luar seperti kipas dan payung yang berasal dari pengaruh barat. Diantara Batik Priangan, warna Batik Garut termasuk yang paling cerah, menurut sejumlah kalangan bisa dikatakan motifnya ‘centil/genit’.
Penamaan biasanya langsung menurut motif yang ada diatas kain seperti Buluh Hayam (bulu ayam), Buku Awi (ruas bambu), Merak Ngibing (merak menari), dan sebagainya. Yang unik dalam penamaan Batik Garut , bisa diambil menurut pemesan, misalnya Rereng Camat dan Rereng Dokter. Pembatik menamakan Batik yang dibuatnya berdasarkan pemesan yang dipesan oleh istri camat dan istri dokter.
Batik Tasikmalaya
Batik daerah ini mempunyai corak warna yang lebih konservatif daripada Batik Garut, Batik Tasik lebih memilih warna coklat, coklat tua, biru tua, dan merah tua. Warna latar tetap menggunakan warna khas Batik Priangan, yaitu warna gumanding.
Motif yang digunakan hampir sama dengan Batik Garut, seperti flora dan fauna. Karena kesamaan itulah, masyarakat Garut dan Tasikmalaya sering terjadi klaim atas kepemilikan motif. Batik Tasikmalaya juga sering digunakan sebagai alat rekam pristiwa atau sejarah yang pernah berlangsung. Contohnya Batik Tsunami yang dibuat oleh Bapak Udey budiman, untuk memperingati pristiwa tsunami pada tahun 2004 silam. Dan juga Batik Keriting Irian untuk mengenang kembalinya Irian Jaya (Papua) ke pangkuan Indonesia.
Batik Ciamis
Jika Batik Tasikmalaya dan Garut, banyak menggunakan warna-warni cerah, pengaruh Batik Jogjakarta dan Solo yang berupa simbol tertentu terlihat cukup kuat pada Batik Ciamis. Walaupun mengandung simbol –simbol tertentu, Batik Ciamis tidak ditujukan untuk kegiatan agama. Karena masih merupakan bagian dari Batik Priangan, tentunya motif Batik Ciamis juga menggunakan gambar naturalis seperti halnya Batik Priangan lainnya. Motif yang cukup terkenal adalah Rereng Eneng, Rereng Jantung dan masih banyak lagi.
posted by: 1235ty
Sate Padang
Sate Padang memakai bahan daging sapi dan lidah sapi dengan bumbu kuah kacang kental (mirip bubur) ditambah cabai yang banyak sehingga rasanya pedas.
Sate Padang Panjang dibedakan dengan kuah sate nya yang berwarna kuning sedangkan sate Pariaman kuahnya berwarna merah. Rasa kedua jenis sate ini juga berbeda. Sedangkan sate Padang mempunyai bermacam rasa perpaduan kedua jenis varian sate diatas.
Sate Mak Syukur di kota Padang Panjang sangat terkenal di Minangkabau sedangkan sate Ajo Laweh merupakan sate Pariaman yang terkenal.
Bahan:
1.000 g lidah sapi (saya pakai daging sapi)
air untuk merebus
1 sdt garam
4-5 sdm minyak goreng
2 lembar daun kunyit, robek-robek, ikat simpul
3 batang serai, memarkan
10 lembar daun jeruk
3 cm lengkuas, memarkan
1 sdm bumbu kari bubuk
1 potong asam kandis
50 g tepung beras
2 sdm tepung kanji
300 ml air
bawang goreng untuk taburan
tusuk sate
Bumbu Halus:
12 butir bawang merah
6 siung bawang putih
1 sdm cabai halus/giling (saya pakai 2-3 sdm, biar pedes)
4 cm kunyit
4 cm jahe
11/2 sdt merica
2 sdt garam
Cara Membuat:
- Rebus lidah dalam air mendidih, selama ± 5 menit, angkat. Kupas kulit lidah, kerk hingga kulit terkelupas bersih. Cuci kemudian rebus dalam air, bubuhkan garam (± 60 menit). Setelah lidah empuk, tiriskan, pisahkan kaldunya sebanyak ± 600 ml. Potong-potong lidah ukuran 1×1x2 cm, sisihkan.
- Panaskan minyak goreng dalam wajan. Tumis bumbu halus, masukkan daun kunyit, serai, daun jeruk, lengkuas, dan bumbu kari, aduk hingga baunya harum, angkat. masukkan 2/3 bagian tumisan ke dalam kaldu. jerang kembali di atas api, masukkan asam kandis.
- Larutkan tepung beras dan tepung kanji dalam air hingga tercampur. Setelah kaldu mendidih, perlahan masukkan larutan tepung sambil diaduk terus hingga adonan licin. Masak hingga mendidih dan meletup-letup serta bau tepungnya hilang, angkat.
- Campur potongan lidah bersama sisa bumbu tumis, aduk sebentar di atas api hingga rata, angkat. Tusukkan potongan lidah pada tusuk satai, masing-masing 3-4 potong.
- Panggang satai di atas bara api hingga baunya harum ± 3 menit, balik-balikkan, angkat. Taruh satai, taburi bawang goreng.
- Makan selagi panas dengen ketupat.
untuk 24 tusuk
Translate to English:
Sate Padang is the designation for three types of variants in the sate of West Sumatra, the Sate Padang, Sate Padang Panjang and Sate Pariaman.
Sate Padang material made of beef and beef tongue thick pea soup with herbs (similar to porridge) plus a lot of chili so spicy taste.
Sate Padang Panjang satay sauce distinguished by its yellow color while Pariaman satay sauce is red. The second sense is also different types of satay. While sate Padang has a wide mix of both types of variants taste sate above.
Sate Mak Gratitude in the town of Padang Panjang is well known in Minangkabau while satay skewers Pariaman Ajo Laweh is famous.
Material:
1000 g of cow tongue (I use beef)
Water for boiling
1 teaspoon salt
4-5 tablespoons cooking oil
2 pieces of turmeric leaf, shredded, tie the knot
3 stalks lemongrass, crushed
10 sheets of orange leaves
3 cm galangal, smashed
1 tablespoon curry powder
A piece of acid kandis
50 g rice flour
2 tbsp cornflour
300 ml water
fried onions for topping
skewer
Subtle Seasonings:
12 onions
6 cloves garlic
1 tablespoon chili soft / minced (I use 2-3 tablespoons, I'll sentence)
4 cm turmeric
4 cm ginger
11 / 2 tsp pepper
2 tsp salt
How to Make:
1. Boil tongue in boiling water, for ± 5 minutes, remove from heat. Peel the skin of the tongue, skin peeling Kerk until clean. Wash and then boiled in water, provide information on salt (± 60 minutes). After the tongue tender, drain, separate them as much as ± 600 ml broth. Cut tongue size 1 × 1x2 inches, set aside.
2. Heat the oil in a skillet. Stir-fry ground spices, turmeric leaf insert, lemongrass, lime leaves, galangal, and curry, stirring until it smells fragrant, remove from heat. enter 2 / 3 part stir into the broth. put the back on the fire, enter kandis acid.
3. Dissolve rice flour and starch in water until blended. After the broth is boiling, slowly enter the starch solution while stirring continues until dough is smooth. Cook until boiling and exploding-letup and the smell of the flour is missing, remove from heat.
4. Mix together the remaining pieces of the tongue stir-fry seasoning, stir briefly over low heat until the flat, lift. Stick tongue on skewers satai pieces, each 3-4 pieces.
5. Satai roast on the fire until it smells fragrant ± 3 minutes, turn over, lift. Put satai, sprinkle with fried onions.
6. Eat while hot dengen diamond.
to 24 toothpicks
Sunday, May 23, 2010
New Etsy Banners
New Artwork to Share
Saturday, May 22, 2010
WARRIOR WARRIOR SERIES WIRABRAJA KRATON YOGYAKARTA
Friday, May 21, 2010
Timikaunique is now open
Sekaligus, saya minta maaf karena baru bisa kembali mengurus blog ini karena berhubung anak saya baru sembuh dari sakitnya dan suatu hal lainnya di mana secara fisik tidak mampu untuk memfollow up inquiry yang masuk ke inbox saya.
Owner
Ibu Chandra
Sunday, May 16, 2010
Geulisnya Batik Tatar Sunda (I)
posted by: 1235ty
Monday, May 10, 2010
Pulau Dewata
Jika berminat anda dapat memesan tempat penginpan dengan Klik di bawah ini:
>>>Paket Tour Bali
Island Dewata, Bali, Indonesia is the most suitable places to visit. The scenery is attractive and compelling to make our hearts feel calm and happy than we are feeling tired. You can also do water sports such as surfing and many others. If you have a little cost, there are also many places of accommodation from cheap to expensive.
If you want Click below:
>>>Paket Tour Bali
Friday, May 7, 2010
Pulau Weh Sabang, Nanggro Aceh Darussalam
Di Gapang dan Iboih terdapat tempat penginapan atau resort-resort untuk para wisatawan yang ingin menginap dalam jangka waktu yang cukup lama.
Pulau Weh Sabang is vaforit resorts in Indonesia. Places that can be encountered in Gapang and Iboih. There can be met under the beauty of a beautiful sea because the sea had never polluted. If you love diving, this is the best place to visit and say you feel lost because of natural underwater will eliminate the feeling bored or tired because a lot of work.
In Gapang and there Iboih accommodations or resorts for tourists who want to stay in long enough period of time.
Thursday, May 6, 2010
Kain Sasirangan
Tuesday, May 4, 2010
Couple Great Art
Another Great Art
Saturday, May 1, 2010
Rahasia Gringsing
Tentulah bahan pewarnaan itu hanyalah mitos, warna merah didapat dari kelopak pohon kepudung putih dicampur dengan akar pohon sunti. Mitos tersebut dibuat untuk menjaga agar teknik dan motif kain Gringsing tidak dibawa keluar dari Desa Tenganan. Mitos lainnya, wanita yang sedang datang bulan tidak diperkenankan membuat kain ini.
Sebelum memulai menenun, ada upacara doa yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan keselamatan selama pengerjaan dan juga untuk hasil yang baik. Proses upacara dimulai dengan mencelupkan benang ke dalam minyak lilin dan air serbuk kayu ke dalam wadah yang disebut tanah hat kemudian ditutup dengan kain putih hitam untuk menghindari adanya pengaruh dari roh jahat. Sesaji diberikan seiring dengan ikatan pertama disimpulkan. Sesaji berupa kembang sepatu, daun sirih gulung, sirih, dan 2 set uang kepeng yang pada lubangnya digantungkan kain katun dan diikatkan ke dua buah kendi. Ikatan terakhir hanya boleh dilakukan oleh wanita yang sudah tidak datang bulan lagi.